10 Hari Terakhir Ramadhan
Dalam prespektif agama Islam, bulan Ramadan merupakan momen bagi umat Muslim diperintahkan untuk melakukan ibadah dan mencari pahala sebanyak-banyaknya. Dan puncak momen yang Istimewa ini adalah pada 10 hari terakhir Ramadan. Rasulullah Saw. memanfaatkan momen ramadan dengan cara bersungguh-sungguh dalam memperbanyak ibadah seperti i’tikaf, qiyam al-Lail, bersedekah, berdo’a, dll. Adapun dalam 10 hari terakhir Ramadan ini memiliki keutamaan dibandingkan dengan hari-hari lainnya. Seperti dalam hadis yang diriwayatkan oleh Siti Aisyah r.a. yang berbunyi:
كَانَ رَسُوْلُ اللهً صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَجْتَهِدُ فِيْ الْعَشْرِ الْأَوَاخِرِ مَا لَا يَجْتَهِدُ فِيْ غَيْرِهِ
Artinya: “Dari Aisyah ra, Rasullah Saw. sangat bersungguh-sungguh (beribadah) pada sepuluh hari terakhir (bulan ramadan), melebihi kesungguhan beribadah di selain (malam) lainnya.” (HR. Muslim)
Di dalam 10 hari terakhir ramadan ini pula terdapat “hidden treasure” yang diburu oleh seluruh umat Muslim di seluruh penjuru dunia, yakni malam Lailatul Qadr. Malam ini begitu mulia dan istimewa karena segala jenis ibadah atau kebaikan yang dilakukan pada malam ini akan dilipatgandakan setara dengan mengerjakannya selama 1000 bulan (lebih dari 83 tahun). Umur rata-rata manusia saja tidak selama itu, maka tentu malam ini merupakan kesempatan yang sangat luar biasa dan karena inilah momen ini disebut dengan puncak dari bulan Ramadhan.
Mudik & Puncak Ramadhan
Mendengar kata “Mudik” tentu sudah menggambarkan tentang kampung halaman, pelukan hangat ibu, masakan daerah yang rasanya berbekas di lidah serta kebahagiaan-kebahagiaan yang tak terhitung jumlahnya. Mudik telah menjadi adat yang dilakukan oleh hampir seluruh masyarakat indonesia setiap tahunnya, bahkan pada tahun 2023 kemarin, total masyarakat indonesia yang melakukan mudik mencapai 123,8 juta orang dilansir dari laman resmi Direktorat Jenderal (Ditjen) Perhubungan Darat, Senin yang ditulis pada (15/5/2023).
Kebanyakan pemudik melakukan perjalanan mulai dari H-3 sampai dengan H-1 lebaran Idul Fitri. Mudik bukanlah sesuatu yang mudah untuk dilakukan, mudik membutuhkan tenaga yang besar dan waktu yang tidak sebentar. Maka dari itu Islam memberikan keringan bagi seseorang yang melakukan perjalan seperti mudik untuk tidak berpuasa dan menggantinya di kemudian hari. Dan ini menunjukkan bahwa para pemudik disibukkan dengan perjalanan mudik mereka di 10 hari terakhir bulan Ramadhan.
Selain itu, hal ini menyebabkan banyak sekali pemudik yang tidak bisa mengejar keutamaan 10 hari terakhir ramadan khususnya malam Lailatul Qadr secara optimal. Fenomena ini kemudian menjadi pisau bermata dua karena disatu sisi mudik merupakan kegiatan yang sangat mulia, kita menjaga silaturahmi dengan keluarga, teman ataupun kerabat yang mungkin jika momen mudik ini ditiadakan, kita tidak memliki waktu atau kesempatan untuk bersilaturahmi dengan mereka. Tetapi disisi lain, dengan kegiatan mudik yang dilakukan pada 10 hari terakhir ramadhn, banyak pemudik yang akhirnya terpaksa “menelantarkan” kesempatan berburu malam Lailatul Qadr dikarenakan masih berada dalam perjalanan.
Persoalan ini merupakan kejadian yang berkelanjutan dari tahun ke tahun. Mengingat jumlah pemudik yang meningkat pula setiap tahunnya, maka semakin meningkat pula jumlah umat Muslim yang kehilangan kesempatan berburu malam Lailatul Qadr secara maksimal. Namun, di sisi lain tidak mungkin bagi kita untuk menghilangkan adat mudik yang telah melekat di setiap jiwa masyarakat Indonesia, dan kita juga tidak bisa mengabaikan fakta bahwa keutamaan malam Lailatul Qadr sangat disayangkan jika kita lewatkan. Jadi, mana yang sekiranya harus kita utamakan diantara 2 keutamaan yang sangat mulia ini?
1 thought on “Antara Mudik dan Lailatul Qadar Yang Terpaksa Terlantar”
And Surface RT was an absolute debacle, responsible for a 900 million charge related to unsold inventory priligy amazon Serenity, USA 2022 06 28 08 05 18