Pendidikan Pesantren atau Formal, Mana yang Lebih Unggul?

Sumber: Canva.com

Seiring berjalan waktu, pendidikan di Indonesia kian berkembang lebih variatif dan kompleks sebagai respon dari tuntutan masyarakat akan kebutuhan pendidikan yang lebih baik dan  peningkatan kesadaran literasi mengikuti perkembangan zaman. Pesantren menjadi salah satu bentuk lembaga pendidikan yang mulai mencuat dan santer dalam dekade terakhir. Semakin banyak orangtua yang merasa butuh pengajaran ilmu agama lebih baik bagi putra-putri mereka, sehingga pesantren menjadi jawaban akan hajat tersebut.

 

Di tengah masyarakat terbukalah diskursus menarik yang tak pernah habis untuk dibahas dan acapkali menimbulkan polemik. Mana yang lebih baik antara pendidikan formal dan pesantren? Topik inilah yang akan dibahas selanjutnya dengan mengenali karakteristik masing-masing, lalu mengkomparasikan keduanya untuk kemudian ditarik sebuah kesimpulan.

 

Mengenal Pendidikan Formal dan Pesantren

 

Menurut poin 11 Pasal 1 UU 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pendidikan formal adalah jalur pendidikan yang terstruktur dan berjenjang yang terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi.

 

Kita mengenal pendidikan dasar formal ada SD/MI, lalu pendidikan menengah berupa SMP/MTs, selanjutnya pendidikan tinggi yang disebut SMA/MA. Dalam penyelenggaraannya, terdapat standar minimal yang harus dipenuhi yaitu: standar kompetensi lulusan, standar isi, standar proses, standar pendidik dan tenaga kependidikan, standar sarana dan prasarana, standar pengelolaan, standar pembiayaan, dan standar penilaian.

 

Dalam masyarakat acapkali disebut sebagai “sekolah umum” bagi sekolah yang tidak menganut sistem asrama ini.

 

Adapun pesantren termasuk kategori pendidikan non formal yang diatur juga dalam Pasal 1 UU 20 Tahun 2023 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Pesantren merupakan wilayah yang memiliki otonomi dan bergerak dalam bidang pengajaran dan penyiaran agama Islam. Pesantren dikelola oleh seorang kiai dengan bantuan beberapa ustaz dalam menginternalisasikan nilai serta ajaran Islam kepada para santri.

 

Perbedaan Pendidikan Formal dengan Pesantren

 

Perbedaan mencolok antara pendidikan formal dan pesantren mencangkup dua aspek. Aspek pertama adalah proses penyelenggaraan pendidikan. Di sekolah formal, pembelajaran dilaksanakan beberapa jam dalam sehari dengan pembagian beberapa mata pelajaran. Umumnya kegiatan belajar di sekolah formal dimulai antara jam 7-8 pagi dan selesai pada siang hari atau sampai sore. Setelah itu para siswa-siswi akan pulang ke rumah masing-masing. Adapun pesantren, para santri tinggal di kawasan pesantren dalam waktu yang panjang. Bisa hitungan bulan bahkan tahun. Pembelajarannya identik dengan kitab-kitab kuning dan pembiasaan amalan-amalan ibadah wajib hingga sunnah seperti salat tahajud, salat lima waktu berjamaah, puasa sunnah, dll.

 

Selain itu, pendidikan formal cenderung lebih banyak muatan umum ketimbang pesantren. Sebaliknya, pesantren memiliki muatan agama yang lebih banyak daripada pendidikan formal, meskipun sekarang banyak pesantren yang menambah muatan pelajaran umum dan pendidikan formal yang memperbanyak pelajaran-pelajaran agama.

 

Aspek kedua yakni proses pembelajaran. Dalam proses pembelajaran di sekolah formal, murid hadir ke kelas dan menyimak pemaparan guru. Terkadang bervariasi model pembelajaran di kelas. Adapun di pesantren, terdapat beberapa macam proses pembelajaran seperti sorogan, wetonan, mudzakaroh, muhafazhoh, dan lalaran. Biasanya sekolah formal mengeluarkan ijazah, sementara pesantren tidak. Meskipun saat ini sudah banyak juga pesantren yang terdaftar di negara dan mengeluarkan ijazah.

 

Mana yang Lebih Unggul?

 

Dalam pendidikan formal, peserta didik akan mendapatkan berbagai disiplin ilmu yang tujuan umumnya adalah menyelesaikan problematika kehidupan dunia. Murid akan belajar matematika untuk menyelesaikan masalah perhitungan yang ada dalam keseharian, sains atau IPA untuk mengenal berbagai zat dan makhluk hidup, IPS untuk memahami pola sosial dalam bermasyarakat dan mengenal kondisi geografis wilayah-wilayah di muka bumi, dan bahasa sebagai alat komunikasi dan kekayaan sastra bagi bangsa. Dengan pengembangan-pengembangan dari ilmu tersebut, penemuan dan teori yang dihasilkan dari proses belajar dan meneliti akan menjawab tantangan zaman dan menyelesaikan problematika yang terus muncul.

 

Namun minusnya, pendidikan formal hanya transfer pengetahuan tanpa transfer karakter. Disebabkan intensitas pertemuan antara guru dan murid yang terbatas dan pandangan pemisahan antara kehidupan dengan agama. Murid tidak melihat guru dalam keseharian sebagai contoh atau role model hidup. Orang-orang yang mendalami ilmu-ilmu umum juga acapkali mengabaikan titah-titah agama serta kurang mendalami ilmu ushuludin, syariah, ataupun lughoh (bahasa arab). Sehingga mereka sibuk bergelut dengan urusan dunia namun kurang kepedulian akan urusan akhirat.

 

Adapun di pesantren, santri mendapatkan pemahaman ilmu agama yang baik disertai internalisasi nilai-nilai agama dalam keseharian, dimana para santri menyaksikan secara langsung contoh pengamalan ajaran-ajaran agama seperti jujur, sopan santun, disiplin, dan amanah untuk kemudian mereka praktekan. Santri memahami sepenuhnya tentang ketauhidan Allah, mampu memahami Quran dan Sunnah yang mana sumber hukum Islam, serta memiliki akhlak yang baik.

 

Selain itu, santri mendapati lingkungan belajar yang kondusif dan fokus karena kawasan pesantren yang memiliki regulasi dan batasan. Dengan begitu, distraksi terminimalisir. Menjadikan pesantren dengan kurikulum dan lingkungannya sebagai tempat yang strategis bagi kegiatan pembelajaran.

 

Negatifnya, pesantren membentuk gap atau jarak antara anak dengan keluarga. Karena sistem jarang pulang yang membatasi pertemuan antara anak dengan orangtuanya menyebabkan hilangnya peran pendidikan orangtua terhadap anak. Selain itu, karena terfokus mempelajari ilmu agama menyebabkan kurangnya pemahaman terhadap disiplin ilmu umum. Sehingga para santri ketika menghadapi kehidupan asli di luar pesantren akan gagap dan kurang bisa mengikuti.

 

Dengan melihat kekurangan dan kelebihan masing-masing, dapat ditarik kesimpulan bahwa pendidikan formal ataupun pesantren memiliki keunggulan masing-masing, sangat bagus ketika dikolaborasikan. Yaitu ketika peserta didik berusia anak-anak, bagus dimasukkan ke dalam pendidikan formal supaya tetap mendapatkan pengaruh pendidikan dan bonding dengan orangtua. Kemudian, ketika ia mencapai usia remaja hingga dewasa, masuk ke pesantren untuk mengoptimalisasi potensi dan memfokuskan diri untuk mengeksplorasi ilmu lebih luas dan mendetail.

 

Selain itu, baik instansi pendidikan ataupun formal harus memadukan antara ilmu dunia dengan akhirat. Sebab dalam Islam tidak ada pemisahan antara kehidupan dunia dengan agama. Sehingga tiap kegiatan pendidikan harus memuat pembahasan ilmiah yang religius. Misalkan dalam pelajaran sains, terdapat tadabbur atas ciptaan Allah yang dapat menambah keimanan kita. Sedangkan ketika kita membahas fiqih, kita membutuhkan ilmu sains, sosial, dan lainnya untuk memahami fakta yang akan dihukumi.

 

Memilih pendidikan formal ataupun pesantren sama-sama memiliki plus dan minus. Untuk itu, bisa disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing individu dan siap menanggung resiko atas pilihan tersebut. Tidak ada yang buruk dalam mengambil pilihan di jalan menuntut ilmu, namun tidak ada kesempurnaan juga di dunia ini. Sehingga kita senantiasa siap memperbaiki dan melengkapi kekurangan yang ada dan mempertahankan keunggulan yang tersedia.

 

Daftar Pustaka

 

1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional (posdiklat.perpusnas.go.id)

 

2. Khafidz Fuad Raya, M.Pd.I. 2017. Perbandingan Pendidikan Formal dan Pesantren. ResearchGate.net.

 

3. Amrizal, MA. 2011. Sekolah Versus Pesantren; Sebuah Perbandingan Menuju Format Baru Mainstream Lembaga Pendidikan Nasional Peniada Dikotomik. Jurnal Sosial Budaya: MediaNeliti.com

Berita Terbaru

2 Responses

2 thoughts on “Pendidikan Pesantren atau Formal, Mana yang Lebih Unggul?”

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *