Bahasa selalu berkembang mengikuti perubahan zaman dan masyarakat penuturnya. Karena itu, menerjemahkan sebuah teks dari satu bahasa ke bahasa lain bukanlah pekerjaan sederhana. Dibutuhkan lebih dari sekadar kemampuan mengganti kata dari Bahasa Arab ke Bahasa Indonesia. Seorang penerjemah harus benar-benar memahami dua bahasa: bahasa sumber (BSU) dan bahasa sasaran (BSA), agar makna yang disampaikan tetap utuh dan bisa dipahami dengan baik oleh pembaca.
Tantangan akan semakin besar ketika yang diterjemahkan adalah teks keagamaan, seperti ayat-ayat Al-Qur’an atau kitab-kitab klasik. Dalam konteks ini, ketepatan makna menjadi hal yang sangat krusial. Penerjemah tidak cukup hanya mengandalkan kemampuan berbahasa, tetapi juga harus memahami berbagai disiplin ilmu seperti teologi, fikih, aqidah, dan bidang keilmuan lainnya yang berkaitan erat dengan isi teks. Hal ini penting, karena Bahasa Arab dalam konteks keagamaan mengandung banyak nilai spiritual dan makna mendalam yang tidak bisa diterjemahkan secara harfiah.
Lebih jauh lagi, penerjemahan teks keagamaan tidak hanya soal mencari padanan kata yang sesuai. Pemilihan diksi harus mampu menjelaskan makna teologis yang ada di dalam bahasa sumber. Misalnya, dalam teks fikih, setiap istilah memiliki nilai hukum tertentu yang jika diterjemahkan secara sembarangan bisa menimbulkan kesalahpahaman. Di sinilah pentingnya memahami konteks, tujuan penulisan, serta nilai-nilai budaya yang terkandung dalam teks asli.
Menerjemahkan adalah seni memahami dan menyampaikan makna, bukan sekadar memindahkan kata. Maka, agar pesan dalam teks keagamaan tetap akurat dan tidak kehilangan makna aslinya, seorang penerjemah harus memiliki pemahaman yang dalam terhadap bahasa, budaya, dan juga isi ajaran yang terkandung di dalamnya.
Tantangan yang Dihadapi dalam Menerjemahkan Teks Keagamaan
1. Keragaman dialek
Bahasa Arab memiliki banyak dialek yang berbeda-beda, seperti Mesir, Syam, dan Gulf. Setiap dialek memiliki kosakata, tata bahasa, dan bahkan aksen yang berbeda. Penerjemah harus memahami konteks budaya dan sosial dari setiap dialek untuk menghasilkan terjemahan yang akurat dan natural.
2. Struktur Kalimat
Struktur kalimat bahasa Arab sangat berbeda dengan bahasa Indonesia atau bahasa Inggris. Bahasa Arab menggunakan sistem kasus dan i’rab yang kompleks, sehingga urutan kata dalam kalimat sangat penting untuk menentukan makna. Penerjemah harus menguasai aturan tata bahasa Arab dengan baik untuk dapat membangun kalimat yang benar dan lancar dalam bahasa sasaran dalam hal ini bahasa Indonesia.
3. Kosakata yang Beragam
Bahasa Arab memiliki kosakata yang sangat kaya, terutama dalam bidang agama Selain itu, bahasa Arab juga kaya akan nuansa dan konotasi, sehingga satu kata dapat memiliki banyak makna tergantung pada konteksnya. Penerjemah harus memilih diksi yang tepat untuk menyampaikan makna yang sama dalam bahasa sasaran (BSA), sambil tetap mempertahankan nuansa dan gaya bahasa aslinya.
Menjadi seorang penerjemah bukanlah pekerjaan yang mudah, apalagi jika berkaitan dengan teks keagamaan dari Bahasa Arab ke Bahasa Indonesia. Diperlukan kemampuan yang jauh melampaui keterampilan linguistik semata. Pemahaman mendalam terhadap konteks, budaya, dan ilmu-ilmu keislaman merupakan satu kesatuan yang tidak bisa dipisahkan. Setiap kata, struktur kalimat, dan istilah dalam teks keagamaan mengandung makna yang dalam dan tersembunyi, yang harus dijaga dengan hati-hati. Oleh karena itu, penerjemah teks keagamaan memikul tanggung jawab besar—bukan hanya sebagai jembatan antarbahasa, tetapi juga sebagai penyampai pesan spiritual dan ajaran agama secara utuh dan benar kepada pembaca.
DAFTAR PUSTAKA
Herba, N. T., Pasaribu, A. K., Fadilah, H., Abdurrahim, A., & Nasution, S. (2025). Analisis tantangan penerjemah dalam menerjemahkan teks bahasa Arab di era modern. Jurnal Pendidikan Tambusai, 9(1), 2912–2921.
Djamaluddin, B., & Nurlailah, N. (2024). Problematika penerjemahan teks bahasa Arab ke bahasa Indonesia: Studi kasus alih bahasa Alqur’an Departemen Agama 1976. SULUK: Jurnal Bahasa, Sastra, dan Budaya, 5(2), 241–252.






