Pengaruh Bahasa Dalam Hubungan Kebudayaan

Percakapan yang kita lakukan sehari-hari biasa kita sebut dengan istilah komunikasi. Apa itu komunikasi? Menurut Achmad S.Ruky, “Komunikasi merupakan proses pemindahan dan pertukaran pesan, di mana pesan ini dapat berbentuk fakta, gagasan, perasaan, data atau informasi dari seseorang kepada orang lain”. Dari alat komunikasi, kita bisa memahami gaya bahasa atau penyampaian yang disampaikan oleh lawan bicara.

 

Bahasa juga merupakan suatu citra yang tinggi, di mana seseorang bisa dihargai atau dihormati oleh khalayak sesuai dengan gaya bahasa yang digunakan. Maka kita dapat mempelajari dan mengetahui budaya orang lain melalui kebiasaan berbahasa mereka. oleh karena itu, kita tidak bisa berbahasa sembarangan sebelum kita mengetahui kebudayaannya terlebih dahulu. Bahasa adalah wujud dari kebudayaan. Bahasa sebagai wadah dari refleksi kebudayaan masyarakat pemiliknya dan dari bahasa kita dapat mengetahui seberapa tinggi tingkat kebudayaan suatu bangsa. Koentjaraningrat dalam chaer (1995 : 217) menyatakan kebudayaan itu hanya dimiliki manusia dan tumbuh bersama berkembangnya masyarakat manusia.

 

Secara umum fungsi bahasa, yaitu sebagai alat komunikasi antar anggota masyarakat karena bukan hanya kita yang sekadar mengucapkan bahasa tersebut melainkan kita harus membutuhkan pengetahuan kebudayaan bahasa itu untuk mendapatkan pemahaman sumber bahasa yang baik dan komunikasi yang nyambung dengan masyarakat tersebut.

 

Adapun dua contoh bahasa yang berhubungan dengan kebudayaan yang berbeda. Misalnya, bahasa dari luar negeri dan dalam negeri.

 

Perbedaan makna kata mancanegara (Jepang-Indonesia)

  1. Buta (bahasa Indonesia) x Babi (bahasa Jepang) = tidak dapat melihat.
  2. Debu (bahasa Indonesia) x Gemuk (bahasa Jepang) = partikel padat yang sangat kecil.
  3. Cincin (bahasa Indonesia) = perhiasan wanita tapi kalau dalam bahasa Jepang bermakna ‘Alat kelamin pria’.

Perbedaan makna kata dalam negara (Sunda-Jawa)

  1. Cokot (bahasa Sunda) = ambil tapi cokot (bahasa Jawa) = gigit
  2. Lebok (bahasa Sunda) = makan tapi lebok (bahasa Jawa) = memasukkan
  3. Sampean (bahasa Sunda) = kaki tapi sampean (bahasa Jawa) = kamu

Contoh dari bahasa-bahasa tersebut membutuhkan pengetahuan lebih tentang budaya daerah tertentu sehingga kita tidak hanya tahu cara mengucapkan bahasanya saja. Akan tetapi, sebelum kita menggunakan bahasa itu kita juga harus melihat kembali budaya serta kebiasaan masyarakat sekitar sebelum kita berkomunikasi dengan mereka supaya tidak ada kesalahpahaman saat berbicara. Contoh lainnya adalah kebiasaan yang dilakukan oleh orang Arab dalam berdagang biasanya mereka mengucapkan ‘halal’ yang artinya silahkan. Maksudnya ialah silahkan cobain, padahal secara umum masyarakat indonesia lebih sering menggunakan kata ‘tafadhol’ untuk kata silahkan. Dengan demikian, pentingnya mempelajari serta memahami kebudayaan daerah lawan bicara terlebih dahulu agar saling paham dan tidak cepat menafsirkan sehingga komunikasi berjalan asik dan menyenangkan.

Berita Terbaru

No Responses

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *