Telah 210 hari berlalu sejak konflik antara Palestina dan Israel memasuki babak baru yang lebih parah. Banyak warga sipil menjadi korban perang yang sangat kejam yang dilakukan oleh Israel, sebagian besar korbannya adalah anak-anak, perempuan, dan pasien rumah sakit. Pemerintah dunia menunjukkan kemunafikannya dengan menutup mata pada situasi yang terjadi di Jalur Gaza, padahal sebelumnya mereka begitu murka saat Rusia menginvasi Ukraina. Konflik antara Palestina dan Israel adalah salah satu konflik terpanjang dan paling rumit di dunia. Konflik ini telah berlangsung selama puluhan tahun dan melibatkan berbagai elemen, termasuk isu wilayah, agama, sejarah, dan politik.
Sejarah konflik Palestina-Israel bermula dari awal abad ke-20, ketika Kesultanan Ottoman dikalahkan oleh Inggris dalam Perang Dunia I, dan wilayah Palestina diambil alih oleh Inggris. Pada tahun 1917, Deklarasi Balfour mendukung pendirian rumah nasional Yahudi di Palestina. Hal ini mendorong bangsa Yahudi dari berbagai belahan dunia datang ke tanah Palestina. Selama periode ini, imigrasi Yahudi meningkat, dan ketegangan antara komunitas Yahudi dan Arab Palestina tumbuh. Setelah berakhirnya Perang Dunia II, Perserikatan Bangsa-Bangsa mengambil alih mandat atas Palestina yang sebelumnya dikuasai oleh Inggris. PBB membagi wilayah tersebut menjadi dua negara, satu untuk orang Arab Palestina dan satu untuk bangsa Yahudi. Pembagian tersebut diadopsi sebagai Resolusi PBB Nomor 181 pada tahun 1947. Namun, Arab Palestina menolak pembagian tersebut, memicu Perang Arab-Israel pertama pada tahun 1948 yang dimenangkan oleh Israel, yang mengakibatkan pembentukan negara Israel dan pengungsian rakyat Palestina.
Sejarah dan Nama Israel
Dalam sejarah, nama Israel atau Bani Israel dikenal juga dengan Ibrani dan Yahudi. Dalam riwayat, sebutan Israel, orang atau Bani Israel (Israiliyin), adalah sebutan yang dinisbatkan kepada nama bapak mereka, yaitu Ya‘qûb ibn Ishâq ibn Ibrâhîm as. Israel adalah kalimat yang terdiri dari dua kata, Isra yang artinya hamba atau teman dekat, dan el artinya Tuhan. Dengan demikian Israel artinya hamba Tuhan atau teman dekat Tuhan. Kemudian mereka disebut Ibrani, karena dinisbatkan kepada nama Ibrâhîm as. Hal ini ditemukan dalam Kitab Kejadian, Ibrâhîm as disebut dengan nama “Ibrahim Sang Ibrani” atau maksudnya Ibrâhîm Sang Penyeberang, karena ia menyeberangi (‘abara) Sungai Eufrat dan sungai-sungai lainnya. Ada juga riwayat lain yang menyatakan mereka dinamakan kaum Ibrani karena dinisbatkan kepada Ibr, kakek kelima Ibrâhîm as. Akan tetapi para sejarawan sepakat bahwa penamaan Bani Israel dengan kaum Ibrani karena peristiwa penyeberangan Ibrâhîm as melintasi Sungai Eufrat, yang diperkuat dengan ungkapan dalam Kitab Joshua.
Adapun dinamakan mereka dengan Yahudi, muncul ketika mereka bertaubat dari menyembah anak sapi. Mereka berkata, yang diabadikan oleh Allah dalam Q.S. al-A‘râf/7: 156, “sesungguhnya kami kembali (bertaubat) kepada Engkau.” Riwayat lain menyebutkan mereka dinamakan Yahudi karena mereka bergerak-gerak (yatahawwad) ketika membaca Taurat. Riwayat lain lagi menyatakan bahwa mereka dinamakan Yahudi karena dinisbatkan kepada Yehuda, anak keempat Ya‘qûb as., yang nama aslinya adalah Yehuza, pemimpin bagi sebelas anak Ya‘qûb as. lainnya.
Negara Palestina
Jauh sebelum negara Israel berdiri di Timur Tengah, orang-orang Yahudi selalu memiliki hasrat kuat untuk menduduki tanah Palestina. Berbagai upaya dilakukan, misalnya Perjanjian Balfour di Inggris, dengan berupaya keras membeli tanah di Palestina dan usaha lainnya sebagai provokasi. Seiring dengan itu pula masyarakat Islam dari berbagai kalangan selalu memegang dasar yang harus dijalankan di Palestina. Mereka mengidealkan dan bahkan menuntut penghapusan Janji Balfour yang penuh dengan kezaliman dan ketidakadilan terhadap hak-hak bangsa Palestina; penghentian imigrasi Yahudi; penghentian penjualan tanah kepada Yahudi; pendirian pemerintahan nasional Palestina yang dipilih oleh parlemen (Majelis Tasyri’i) yang menjadi penjelmaan keinginan hakiki masyarakat; dan bernegosiasi dengan Inggris untuk membuat kesepakatan yang akhirnya dapat memerdekakan Palestina.
Kejatuhan umat Islam di Palestina di satu sisi dan kesuksesan Yahudi mencapai negara merdeka, Israel, yang dibangun di atas penderitaan umat Islam di Palestina dan sekitarnya, bukanlah semata-mata karena kehebatan dan kesuksesan Yahudi dalam menggalang kekuatan, dukungan, dan lobi mereka, tetapi juga karena kelemahan pertahanan umat Islam di Palestina di bawah komando Turki ‘Utsmâni pada awal abad ke-20. Pasukan Turki ‘Utsmâni tidak dapat berbuat banyak dalam menghadapi agresi negara-negara Eropa, yang sebagian besar dipengaruhi oleh Yahudi. Faktor lain adalah umat Islam yang tidak berupaya mempertahankan persatuan (Pan-Islamisme) untuk seluruh umat Islam, tetapi malah termakan isu konsep negara bangsa (nation state) yang dipopulerkan Barat, terutama dari Prancis sebagai imbas dari revolusinya yang terkenal telah mengubah tatanan dan peta politik negara-negara bangsa dunia.
Perebutan Tanah Palestina
Dalam sejarah, harus diakui bahwa Turki ‘Utsmâni menguasai tanah Palestina dalam waktu yang lama, yaitu sejak wilayah ini dan Timur Tengah umumnya berada di bawah kekuasaannya yang tidak kurang dari tiga abad. Palestina baru berpindah tangan dari Turki Usmani ke Imperialisme Inggris pada tahun 1917. Dalam rentang tahun 1948-1968, Israel sudah cukup eksis dan kuat di Palestina serta di sekitar Timur Tengah umumnya. Buktinya, dalam peperangan pada tahun 1967, beberapa negara Islam yang terlibat, seperti Mesir, Yordania, Suriah, Beirut, Arab Saudi, Irak, dan Palestina sendiri, berhadapan dengan Israel, tetapi dalam kenyataannya umat Islam dengan negara masing-masing tidak dapat berbuat banyak dan Israel menjadi sah berdiri sebagai satu negara merdeka dari hasil pencaplokan beberapa negara Islam yang disebutkan di atas.
Organisasi Pembebasan Palestina
Organisasi ini muncul pertama kali atas prakarsa Presiden Liga Arab, Jamal Abdul Naser, yang melihat banyak aktivitas rahasia dalam rangka pembebasan Palestina. Oleh karenanya, pada tahun 1959, dalam persidangan Liga Arab, diserukan adanya wadah bersatu perjuangan Palestina, dan menunjuk Ahmad Hilmi Abdul Baqi sebagai ketua OPP sekaligus representasi pemerintahan rakyat Palestina. Hanya saja, pada tahun 1963 ia meninggal dunia, dan dengan prakarsa ‘Abd al-Naser terpilih pula Ahmad al-Syaqiri sebagai pengganti. Ia ditugaskan untuk mengorganisir masyarakat, memecahkan permasalahan, dan mengaktifkan rakyat Palestina untuk perjuangan kesatuan negara bangsanya.
Gerakan Fatah
Dalam upaya pembebasan Palestina dari Israel, pemuda Palestina yang ada di luar di negara-negara Timur Tengah ingin berjuang melalui organisasi, dan organisasi yang muncul pertama dari kalangan Arab-Muslim Palestina adalah Fatah. Fatah sebenarnya organisasi yang beraliran marxisme, dan sebelumnya sudah menyerap aspirasinya pada revolusi Aljazair. Mereka yang bergabung dalam Fatah (Harakah Tahrir Filistin dan kemudian menjadi Harakah at-Tahrir al-Wathani al-Filisthini) dideklarasikan pertama kali di Kuwait pada tahun 1957. Khalil al-Wazir (Abu Jihad), berasal dari Jalur Gaza, merupakan orang kedua dalam gerakan ini selama 30 tahun. Orang pertama dalam gerakan pembebasan adalah Pemuda IM Palestina.
Gerakan Hamas
Hamas berdiri pada 14 Desember 1987, merupakan faksi yang paling dinamis dan efektif. Ia merupakan sayap dan perpanjangan tangan dari gerakan Ikhwanul Muslimin. Dalam piagamnya disebutkan bahwa organisasi ini “menganggap Islam sebagai jalannya, yang dijadikan sebagai sandaran ide, konsepsi, dan persepsi. Kepada Islamlah gerakan ini berhukum dan darinya meminta jalan keluar dalam perjalanannya.” Selain itu, Hamas mempunyai target “untuk memerdekakan bumi Palestina, mendirikan negara Islam di sana, dan menyerukan pendidikan yang universal bagi generasi untuk mewujudkan tujuan-tujuan yang diidam-idamkan.” Syaikh al-Intifadhah Ahmad Yasin adalah pemimpin utama Hamas. Untuk wilayah Gaza, pemimpinnya adalah ‘Abd al-‘Azîz al-Rantisi, Mahmûd al-Zahad, dan ‘Abd al-Fatâh Dukhân. Untuk wilayah Tepi Barat, pimpinan Hamas adalah Jamal Salîm, Hasan Yûsuf, dan Jamal Natasyah. Di luar Palestina, sebagai kepala biro politik adalah Khalid.







2 thoughts on “Sejarah Konflik Palestina dan Israel”
Konsultera gärna andra kapitel i Terapirekommendationerna för mer specifika råd where to buy priligy in malaysia 1995; 22 332 354
The prevalence of coronary artery disease was highest in HFrEF 52 precio de priligy en mexico