Istilah “globalisasi” digunakan untuk menggambarkan bagaimana masyarakat di berbagai negara semakin bersatu menjadi satu masyarakat global. Gejala seperti itu mempengaruhi berbagai aspek kehidupan, termasuk ekonomi dan pendidikan. Kehidupan yang semakin global memberikan tantangan dan peluang yang luas bagi setiap orang. Salah satu elemen penting globalisasi adalah kemajuan dalam bidang teknologi dan informasi. Perkembangan ini menghasilkan peningkatan kualitas sumber daya manusia. Dengan semua konsekuensi yang dibawa oleh globalisasi, dunia pendidikan harus memiliki kemampuan untuk memberikan bekal kepada siswanya agar mereka dapat mengikuti perkembangan zaman.
Abad 21 baru berjalan, namun telah terjadi beberapa kali perubahan di bidang pendidikan, perubahan tersebut sangat penting untuk tataran filosofi, arah dan tujuan. Studi menunjukkan bahwa kurikulum modern harus diubah karena memaksa siswa untuk membaca terlalu banyak materi. Di era global seperti saat ini, sumber daya manusia yang berkualitas sangat diperlukan. Untuk menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas, tentu saja diperlukan tenaga pendidik yang berkualitas. Dengan demikian, maka generasi muda akan bisa bersaing dalam dunia internasional.
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud), Nadiem Anwar Makarim memperkenalkan konsep Merdeka Belajar yang bersumber dari filosofi Ki Hajar Dewantara, seorang tokoh nasional yang mempunyai peran besar dalam kemajuan pendidikan Indonesia saa ini. Ki Hajar Dewantara adalah seorang aktivis pergerakan kemerdekaan Indonesia, kolumnis, dan pelopor pendidikan bagi bangsa Indonesia. Dia dianggap sebagai Bapak Pendidikan Nasional karena kontribusinya yang besar terhadap kemajuan pendidikan di Indonesia.
Konsep Tri Pusat Pendidikan, Ki Hajar Dewantara menunjukkan bahwa pembelajaran dapat dilakukan di mana pun dan oleh siapa pun, bukan hanya di sekolah. Untuk mencapai tujuan pendidikan nasional, pembelajaran menekankan pentingnya penerapan nilai moral dan karakter. Ki Hajar Dewantara menegaskan bahwa pembelajaran harus fokus pada proses daripada hasil. Karena anak didik lebih cenderung mencontoh apa yang mereka lihat daripada apa yang mereka dengar, sistem di kalangan menuntut pendidik untuk bertindak sebagai teladan bagi siswanya. Tujuan pendidikan Ki Hadjar Dewantara adalah manusia yang merdeka secara fisik, mental, dan kerohanian. Tertib dalam kehidupan sosial mendorong sikap-sikap seperti disiplin, tanggung jawab, demokrasi, keselarasan, toleransi, musyawarah, dan kebersamaan, yang membatasi kemandirian pribadi. Untuk menjadi manusia merdeka, seseorang harus memiliki kemampuan untuk mengembangkan dan menyelaraskan setiap aspek kemanusiaan, serta memiliki kemampuan untuk menghargai dan menghormati kemanusiaan setiap individu.
Belum lama ini, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Nadiem Makarim mengumumkan “Merdeka Belajar” yang berarti kebebasan berpikir sebagai inisiatif. Tujuan dari belajar bebas adalah agar orang tua dan guru siswa memiliki suasana yang menyenangkan. Dengan belajar secara mandiri, guru dan siswa diharapkan dapat memanfaatkan kebebasan berpikir mereka sendiri, sehingga guru dapat melakukan inovasi dalam cara mereka mengajar siswa mereka. Selain itu, belajar secara mandiri memudahkan siswa untuk menjadi kreatif dan inovatif. Menurut Ki Hadjar Dewantara, pendidikan didasarkan pada gagasan bahwa Tuhan yang Maha Esa telah memberikan kebebasan kepada manusia untuk mengatur kehidupan mereka sendiri dan tetap mengikuti aturan masyarakat. Siswa harus memiliki jiwa yang merdeka, baik secara fisik maupun mental.
Agar Indonesia tidak dididik oleh negara lain, jiwa yang merdeka sangatlah penting. Nadiem Makarim menyatakan bahwa ide tentang kurikulum merdeka, yang digunakan dalam program belajar bebas, berasal dari keinginan untuk membuat pembelajaran menyenangkan dan nyaman dengan tidak membebani siswa dengan pencapaian nilai atau skor tertentu. Apakah sistem pendidikan saat ini mampu mengembangkan siswa menjadi individu? Sistem yang terkesan cenderung memaksa siswa untuk melakukan proses belajar yang tidak menyenangkan dan membatasi kreativitas mereka. Dalam konteks filosofi Merdeka Belajar, konsep pendidikan Ki Hadjar Dewantara ditawarkan sebagai solusi terhadap masalah pelaksanaan pendidikan di Indonesia saat ini untuk mereduksi model pendidikan semacam itu.
Pada kurikulum sebelumnya, guru menentukan bahwa keberhasilan belajar siswa didasarkan pada nilai-nilai yang diperoleh, sehingga bakat dan kemampuan siswa di bidang lain mungkin tidak muncul dan berkembang. Sepanjang hidupnya, Ki Hadjar Dewantara banyak berkontribusi pada pendidikan melalui gagasan-gagasan dan pemikirannya. Dia mengistilahkan sistem among, yang melarang hukuman dan pemaksaan siswa karena akan menghancurkan jiwa merdeka dan kreativitasnya. Filosofi pendidikan Tri Rahayu menjelma gagasan pendidikan Ki Hadjar Dewantara menjadi kurikulum merdeka.
2 thoughts on “Tantangan Pendidikan Abad Ke-21 : Menggali Inspirasi dari Ki Hadjar Dewantara untuk Mewujudkan Merdeka Belajar”
priligy buy McDonnell, Circumventing tamoxifen resistance in breast cancers using antiestrogens that induce unique conformational changes in the estrogen receptor
background light must be appropriate to ensure adequate image inspection cytotec medication for pregnancy