Kata ‘sastra’ mungkin sudah tidak asing lagi bagi kalangan pelajar ataupun mahasiswa. Apa itu sastra? Banyak para ahli dari bidangnya yang berusaha untuk mendefinisikan sastra, salah satunya adalah Sapardi Djoko Damono. Beliau mendefinisikan bahwa sastra adalah suatu lembaga sosial yang menggunakan bahasa sebagai medium penyampaiannya, sastra juga menampilkan gambaran tentang kehidupan manusia dan kehidupan tersebut adalah kenyataan sosial. Setidaknya pernyataan dari Sapardi tentang definisi sastra bisa memberikan gambaran kepada kita tentang apa itu sastra.
Apa yang akan kita bahas?
Kita akan membahas kagiatan bersastra pada dunia kampus, atau lebih tepatnya mahasiswa. Banyak sekali manfaat yang dapat diambil oleh para mahasiswa dalam bersastra. Sebelum itu, manfaat sastra dibagi menjadi tiga untuk mempermudah kita.
- Fungsi reaktif, dalam artian sastra bisa menghibur pembaca atau pendengarnya.
- Fungsi didaktif, memberikan edukasi bagi pembaca atau pendengar.
- Fungsi estetis, yaitu manfaat nilai keindahan.
Nah, fungsi yang sangat dekat dengan dunia mahasiswa adalah fungsi kedua, yaitu memberikan edukasi. Bersastra bukan hanya menulis, tetapi juga membaca.
Bersastra sangat penting untuk mahasiswa, sebab mahasiswa adalah manusia yang bergelut dalam dunia keilmuan. Seseorang yang akan menulis, tentulah harus banyak membaca terlebih dahulu. Dengan demikian diharapkan mahasiswa bisa melahirkan karya-karya yang tidak ngawur isinya. Namun, hal tersebut tidak berarti mudah, walaupun sekadar membaca ternyata tidak semua mahasiswa bisa melakukannya.
Saya pernah melakukan survei kecil terhadap teman sekelas di kampus, dan mengungkap sebuah data yang sepertinya Anda bisa menebaknya. Iya, sebagian besar mahasiswa di kelas saya tidak berminat membaca, bahkan hanya membaca tugas yang diberikan oleh dosen. Hal demikian juga didukung oleh kemampuan mereka dalam menulis. Ketika pelajaran Bahasa Indonesia, sebagian besar mahasiswa belum mengerti penggunaan tanda baca yang benar, meskipun hal tersebut merupakan dasar. Pada lain waktu saya juga meneliti makalah yang mereka susun, dan menunjukkan bahwa kegiatan bersastra mereka sangat kurang, tulisannya tidak beraturan, bahkan cenderung hanya copy-paste dari google.
Sepertinya ini adalah masalah yang sepele, tapi memiliki dampak yang besar sekali. Seseorang yang tidak membaca, tentu tidak akan mendapatkan pengetahuan. Dengan tidak menulis, manusia akan mudah kehilangan pengetahuan yang telah didapatkan, dan parahnya ini terjadi dalam dunia kampus, oleh mahasiswa. Maka tidak heran jika banyak kampus di Indonesia sekarang hanya melahirkan sarjana-sarjana kertas.
Jika mahasiswa ingin mengubah hal yang demikian, tentu pertama yang dibutuhkan adalah kesadaran. Mahasiswa harus menyadari bahwa bersastra, yakni membaca dan menulis adalah sebuah kebutuhan. Banyak dari mahasiswa yang menganggap bahwa membaca dan menulis adalah sebuah tugas, sehingga menjadi sebuah beban. Kedua, tentu harus ada sebuah pemaksaan. Membaca itu tidak mudah, dalam artian tidak bisa dilakukan begitu saja. Seseorang yang belum terbiasa membaca, maka rasanya akan berat sekali. Ketiga, sepertinya perlu memilih buku bacaan yang sesuai dengan minat. Menulis juga demikian, harus melakukan beberapa hal tersebut.
Semangat mahasiswa dalam bersastra harus ditumbuhkan kembali. Kampus-kampus harus segera membangkitkan semangat-semangat yang saat ini padam. Mahasiswa harus banyak-banyak membaca dan menulis, kemudian membangun peradaban. Sebuah peradaban yang maju bermula dari msyarakat yang gemar belajar, salah satunya dengan membaca. Jika keadaan Indonesia sekarang berada dalam kemunduran, maka kemungkinan besar karena masyarakat Indonesia tidak gemar membaca dan menulis. Hal ini dibuktikan dengan survei yang mengatakan bahwa minat baca masyarakat Indonesia sangat rendah.
4 thoughts on “Bersastra Untuk Mahasiswa”
Ini Bacaan yang bagus👍
Terrnyata emang sepenting ituu yaa menulis
Wahh memang sangat penting sekali belajar iniiii
Ternyata sastra emang punya peran yang penting yaaa