Budaya Takjil Ketika Ramadan di Indonesia

Sumber: Canva.com

Ketika mendengar kata bulan Ramadhan, pasti yang tersirat di dalam fikiran kita itu adalah identik dengan serangkaian ibadah dan kewajiban yang dijalani umat muslim, contohnya seperti sholat terawih dan berpuasa wajib selama 30 hari. Momentum Ramadan ini juga tidak terlepas dari beragam tradisi yang beredar di sekitar masyarakat Indonesia, salah satunya adalah pembagian takjil menjelang bulan puasa.

 

Dilansir  dari berbagai sumber, takjil sendiri berasal dari bahasa Arab yaitu ‘Ajjala yang artinya menyegerakan. Kosa kata ‘Ajjala berawal dari sebuah hadist Nabi Muhmmad SAW. yang berbunyi ”Manusia masih terhitung dalam kebaikan selama ia menyegerakan (‘Ajjala) berbuka” (HR. Bukhori Muslim). Dalam kata ‘Ajjala tersebut bisa berpindah makna atau di dalam istilah bahasa Arab biasa di sebut dengan di tashrifkan menjadi ‘ajjala-yu’ajjilu-ta’jilan yang memiliki arti penyegeraan.

 

Di Indonesia sendiri, takjil bukan hanya menjadi salah satu bagian terpenting dari bulan Ramadan, tetapi juga menjadi warisan budaya yang berlangsung sepanjang tahun. Seiring dengan nilai-nilai kebersamaan dan kepedulian, praktik membagi takjil telah menjadi tradisi yang mengakar dalam kehidupan sehari-hari yang tidak hanya terjadi di bulan puasa. Kegiatan ini biasanya dilakukan di masjid, dibagikan lansung di jalan ataupun di tempat-tempat yang menyelenggarakan buka puasa bersama seperti panti asuhan dan sebagainya.

 

Dalam sebuah artikel yang berjudul “Merayakan Budaya, Berpuasa Gembira” yang dimuat dalam suara Muhamadiyah No 10 (2018) menjelaskan bahwa tradisi membagi takjil dan buka puasa bersama adalah salah satu strategi dakwah Islam. Dalam hal ini diharapkan dapat menarik minat jama’ah agar berbondong-bondong untuk datang ke masjid dan mengisi Ramadan dengan ibadah serta kegiatan positif.

 

Sebenarnya banyak sekali hal-hal positif dan berbagai keutamaan baik dari segi makna social maupun agama yang dapat di ambil dari kegiatan berbagi takjil ini.

 

Dari makna sosial di antaranya adalah :

 

  1. Mempererat tali silaturrahmi.
  2. Menumbuhkan empati dan kepedulian sosial terhadap sesama.
  3. Menumbuhkan sifat toleransi, karena bukan hanya umat muslim bahkan umat beragama lain pun ada yang turut memeriahkan moment ini.

 

Dan adapun keutamaan berbagi takjil di bulan Ramadan dari segi agama pun sangatlah banyak, di antaranya tak lain pastinya mengharapkan pahala dari Allah SWT. yang di mana telah kita ketahui bahwa di bulan Ramadan ini segala amal baik yang kita lakukan akan dilipatgandakan pahalanya. Sebagaimana yang telah disebutkan di dalam hadits  Rosulullah Saw. yang artinya “Dari Zaid Khalid Al Juhani RA, bahwa Rosulullah  Saw. bersabda: Barang siapa yang memberi makan  orang yang berpuasa, maka baginya pahala seperti orang yang berpuasa tersebut, tanpa mengurangi pahala orang yang berpuasa itu sedikit pun juga.” (HR.Tirmidzi) no. 807, Ibnu Majah no. 1746, dan Ahmad 5/192. At Tirmidzi mengatakan bahwa hadits ini hasan shohih. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shohih.

 

Melansir Muhammadiyah.or.id, catatan mengenai takjil di Indonesia dapat di temukan dalam laporan De  Atjehers, yang ditulis oleh Snouck Hurgronje pada akhir abad ke-19.

 

Dalam laporan tersebut disebutkan bahwa masyarakat lokal Aceh telah mengadakan buka puasa yang disegerakan (takjil) di masjid secara beramai-ramai dengan bubur pedas.

 

Tetapi, dikutip dari Kompas.com (26/03/2023) riwayat lain menyebutkan bahwa takjil menjadi sarana dakwah Wali Songo yang menyebarkan Islam di Jawa sejak sekitar abad ke-15.

 

Artikel berjudul Merayakan Budaya, Berpuasa Gembira dalam Suara Muhammadiyah.id, menyatakan bahwa tradisi takjil dilakukan di Masjid Kauman Yogyakarta pada 1950-an.

 

Sejak itu, tradisi takjil terus dilestarikan oleh Muhammadiyah dan akhirnya popular dikalangan masyarakat Muslim Indonesia.

Berita Terbaru

1 Responses

1 thought on “Budaya Takjil Ketika Ramadan di Indonesia”

  1. priligy india The approach of the doctors at the Pope Paul VI Institute is to diagnose what is wrong, to correct it, and then to support any future pregnancies with hormonal support as soon as the pregnancy is diagnosed

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *