Hadis merupakan salah satu sumber ajaran Islam yang utama setelah Al-Qur’an. Namun, tidak semua hadis dapat diterima secara langsung begitu saja. Diperlukan proses verifikasi yang ketat untuk menilai validitasnya. Di sinilah ilmu Rijāl al-Ḥadīs memainkan peran penting. Ilmu ini berfungsi untuk menilai keabsahan para perawi hadis yang menjadi penghubung antara Nabi Muhammad saw. dan umat Islam.
Apa Itu Rijāl al-Ḥadīs?
Secara bahasa, “rijāl” berarti “orang-orang laki-laki”, namun dalam istilah ilmu hadis, istilah ini mencakup semua perawi hadis, baik laki-laki maupun perempuan. Rijāl al-Ḥadīs adalah cabang ilmu yang mempelajari biografi, karate, integritas, dan kompetensi perawi hadis. Tujuannya adalah untuk memastikan bahwa hadis yang diriwayatkan berasal dari jalur yang terpercaya dan benar-benar sampai kepada Nabi Muhammad saw.
Ruang Lingkup Ilmu Rijāl al-Ḥadīs
Ilmu ini mencakup berbagai aspek penting dalam menilai seorang perawi, antara lain:
- Identitas lengkap: nama, julukan (kunyah), nasab, dan asal daerah.
- Integritas pribadi: apakah perawi dikenal sebagai orang yang adil dan bertakwa.
- Kemampuan intelektual: seberapa kuat hafalan dan ketelitian dalam meriwayatkan hadis.
- Kesesuaian waktu dan tempat: apakah perawi benar-benar pernah bertemu dengan gurunya.
- Penilaian ulama lain: komentar dan kritik dari para pakar hadis terhadap perawi.
- Semua aspek tersebut digunakan untuk menentukan apakah hadis yang disampaikan dapat diterima (maqbūl) atau ditolak (mardūd).
Mengapa Verifikasi Perawi Sangat Penting?
Hadis tidak disampaikan secara tertulis sejak awal, tetapi melalui jalur lisan dari satu generasi ke generasi berikutnya. Karena itu, kepercayaan terhadap para perawi menjadi kunci utama. Bila seorang perawi tidak jujur, pelupa, atau tidak dikenal oleh ulama lainnya, maka hadis yang ia bawa akan diragukan kebenarannya.
Perlu diketahui bahwa pada masa awal Islam, banyak hadis palsu beredar karena berbagai motivasi, baik politik, ideologi, maupun fanatisme golongan. Oleh karena itu, para ulama hadis sejak masa tabi’in telah menetapkan standar ketat untuk menilai para perawi.
Prinsip Penilaian: Jarḥ dan Taʿdīl
Dalam Rijāl al-Ḥadīs, dikenal dua istilah penting:
- Jarḥ (celaan):
Penilaian negatif terhadap perawi, misalnya karena lemah hafalan, suka berdusta, atau terlibat dalam penyimpangan agama. Jarḥ menyebabkan hadis menjadi tidak sahih.
- Taʿdīl (pujian):
Penilaian positif terhadap perawi, seperti kejujuran, ketekunan, dan kecermatan dalam meriwayatkan hadis. Semakin tinggi tingkat taʿdīl, semakin besar pula kepercayaan terhadap hadis yang diriwayatkannya.
Ulama memiliki istilah khusus untuk menggambarkan kualitas perawi, antara lain:
- Tsiqah tsabat: sangat terpercaya dan kuat hafalan.
- Tsiqah: terpercaya.
- Ṣadūq: jujur, tetapi hafalannya tidak sempurna.
- Lā ba’sa bihi: tidak ada masalah berarti, tetapi tidak sampai tingkat tinggi.
Tokoh-Tokoh Penting dalam Ilmu Ini
Banyak ulama besar yang berjasa mengembangkan ilmu Rijāl al-Ḥadīs, di antaranya:
- Yahya bin Maʿīn: ulama yang dikenal ketat dalam menilai perawi.
- ʿAli bin al-Madīnī: guru dari Imam al-Bukhari dan ahli dalam sanad hadis.
- Imam al-Bukhari: menyusun Ṣaḥīḥ al-Bukhārī dengan seleksi ketat terhadap sanad dan perawi.
- Ibn Ḥajar al-ʿAsqalānī: penulis kitab Tahẓīb al-Tahẓīb dan Taqrīb al-Tahẓīb, referensi utama dalam studi perawi.
Apakah Ada Perawi Perempuan?
Tentu saja. Meskipun istilah “rijāl” merujuk pada laki-laki, banyak perempuan yang berperan sebagai perawi hadis. Di antaranya adalah ʿĀisyah binti Abī Bakar, Umm al-Dardā’, dan Ḥafṣah binti Sīrīn. Para ulama tidak membedakan kualitas perawi berdasarkan gender. Banyak perawi perempuan yang dinyatakan tsiqah karena keilmuan dan ketelitiannya.
Relevansi Rijāl al-Ḥadīs di Zaman Sekarang
Walaupun ilmu ini berkembang pada abad ke-2 dan ke-3 Hijriah, semangatnya tetap relevan hingga kini. Di era digital, informasi sangat mudah tersebar, tetapi kebenaran dan validitasnya sering kali dipertanyakan. Rijāl al-Ḥadīs mengajarkan kepada kita pentingnya verifikasi, kejujuran, dan kehati-hatian dalam menerima informasi, terutama yang menyangkut ajaran agama.