Di zaman modern ini perkembangan teknologi elektronik semakin pesat memberikan berbagai manfaat bagi kehidupan manusia. Namun, dari kemudahan yang diberikan, perkembangan teknologi elektronik mendorong permintaan akan logam langkah seperti neodimium, cerium, dan lantanum semakin meningkat. Logam langkah ini berperan penting dalam pembuatan perangkat elektronik modern seperti smartphone, komputer, hingga kendaraan listrik.
Logam langkah atau yang dikenal sebagai logam tanah jarang (rare earth elements atau REE) merupakan salah satu sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui dan mineral langkah bahan dasar dalam industri elektronik. Logam tanah jarang terdiri dari 17 unsur pada tabel periodik, meliputi 15 unsur lantanida (lantanum, cerium, praseodimium, neodimium, prometium, samarium, europium, gadolinium, terbium, disprosium, holmium, erbium, thulium, iterbium, dan lutetium), serta dua unsur lain dengan sifat serupa yttrium dan skandium. Logam langkah tersebar luas di seluruh kerak bumi dan sangat berlimpah, tetapi logam langkah ditemukan dalam konsentrasi yang rendah dan tercampur dengan unsur-unsur lain, sehingga proses ekstraksi dan pemisahannya sulit dilakukan dan memerlukan biaya mahal, serta penuh dengan risiko terhadap lingkungan.
Logam yang ditambang di dalam pembuatan perangkat elektronik bersumber dari seluruh dunia. Dunia menambang 2,8 miliar ton logam pada tahun 2021. “Jika kita tidak memperbaiki cara menambang sebagian besar logam, dunia kita akan benar-benar dalam masalah,” kata Fabian Hühne, MD dan Co-Founder Syllucid. “Dengan hampir 7 miliar pengguna smartphone pada tahun 2023, akan selalu ada permintaan untuk teknologi baru dan penambangan akan terus terjadi. Sangat penting bagi kita untuk memperbaiki cara menambang logam dan menggunakan logam daur ulang untuk mengurangi kerusakan lingkungan.”
Peningkatan eksploitasi logam langkah yang terjadi, menimbulkan dampak yang signifikan terhadap lingkungan. Artikel ini akan membahas dampak lingkungan dari proses penambangan dan pengolahan logam langkah, tantangan, serta solusi dalam menjaga keseimbangan ekosistem.
Dampak Lingkungan dari Eksploitasi Logam Langkah
Degradasi lahan
Degradasi lahan didasarkan pada penggunaan lahan intensif yang kurang memperhatikan kaidah konservasi apabila terjadi secara terus menerus.
Deforestasi
Deforestasi akibat pertambangan berarti hilangnya kawasan hutan. Hal ini dapat menyebabkan terganggunya ekosistem lokal, tergusurnya satwa liar, dan hancurnya keanekaragaman hayati.
Pencemaran air dan tanah
Proses penambangan menghasilkan banyak limbah dan produk sampingan kimia beracun. Limbah dari pertambangan ini apabila tidak diolah dengan tepat, dapat mencemari air tanah dan sungai, mengancam kehidupan akuatik dan masyarakat yang bergantung pada air tersebut.
Pencemaran udara
Penambangan dan pemurnian logam langkah menjadikan kualitas udara menurun, karena proses tersebut menghasilkan emisi berupa gas beracun dan debu halus, sehingga udara terkontaminasi.
Emisi gas rumah kaca
Proses ekstraksi dan pemurnian logam mentah, serta pembuatan produk elektronik membutuhkan energi yang sangat banyak. Penggunaan energi tersebut berasal dari bahan bakar fosil, sehingga mampu menghasilkan gas karbon dioksida (CO2) dalam jumlah besar.
CO2 adalah gas rumah kaca yang berkontribusi dalam pemanasan global. Merujuk laman National Geographic dan situs resmi PBB, emisi karbon adalah penyebab utama perubahan iklim global. Perubahan iklim ini menyebabkan peningkatan suhu rata-rata seluruh dunia, sehingga mengakibatkan perubahan cuaca ekstrem, naiknya permukaan laut, dan kerusakan ekosistem. Selain itu perubahan iklim juga mampu menyebabkan bencana alam karena meningkatnya frekuensi badai.
Kasus Terhadap Lingkungan Akibat Eksploitasi Logam Langkah
Kerusakan lingkungan akibat penambangan logam langkah di China
Negara China menjadi pemasok LTJ tertinggi di dunia. Melansir dari CNN Indonesia, China saat ini mendominasi pasar dengan menyumbang 85 persen dari pasokan global pada 2016. Tambang LTJ di China yaitu Bayan Obo menjadi tambang LTJ terbesar dan terkenal di dunia.
Lokasi tambang Bayan Obo membentang seluas 4.800 hektar di daerah otonomi Mongolia Dalam, sekitar 150 km barat laut Baotou. Tambang ini menghasilkan kolam tailing dengan 70 ribu ton thorium radioaktif yang tersimpan.
Pada tahun 2009, Beijing Science and Technology News melaporkan bahwa daerah tersebut tengah mengatasi masalah polusi. Berdasarkan laporan Science News, pada tahun 2010, pejabat di kota Baotou mencatat bahwa limbah tambang yang mengandung radioaktif, arsenik, dan fluorin dibuang di lahan pertanian dan sumber air setempat, serta ke Sungai Kuning di dekatnya. Dewan Negara Tiongkok pada tahun 2010, menulis bahwa industri tanah jarang menyebabkan kerusakan parah pada lingkungan ekologis, kerusakan vegetasi dan pencemaran air, serta penambangan yang berlebih menyebabkan longsor dan sungai tersumbat.
Tambang tanah jarang menimbulkan deforestasi dan pencemaran di Myanmar
Perluasan pertambangan logam tanah jarang di Myanmar Utara memicu kerusakan hutan. Melansir dari Mongabay News, menurut laporan Global Witness, yang didasarkan investigasi citra satelit dan wawancara dengan masyarakat setempat, menunjukkan bahwa jumlah tambang tanah jarang di negara bagian Kachin, Myanmar, meningkat pada tahun 2016 menjadi lebih dari 2.700 kumpulan tambang yang tersebar di hampir 300 lokasi terpisah pada Maret 2022. Kawasan perbukitan hutan yang terkena dampak penambangan intensif mencakup wilayah seluas Singapura.
Wilayah pertambangan di negara bagian Kachin tidak diatur dengan baik. Warga sekitar daerah tambang tersebut mengungkapkan bahwa ekosistem dan sumber daya telah terdampak. Limbah pertambangan berbahaya mengalir langsung ke anak sungai Irrawaddy, merusak ekosistem dan membatasi akses masyarakat terhadap air minum yang aman
Tantangan Regulasi dan Pengawasan
Tantangan utama dalam mengatasi dampak lingkungan dari eksploitasi logam langkah adalah kurangnya regulasi yang komprehensif dan pengawasan yang memadai. Banyak negara dengan cadangan logam langkah yang belum mampu mengimplementasikan standar lingkungan yang ketat. Hal ini disebabkan oleh tekanan ekonomi dan adanya kepentingan politik, sehingga mengesampingkan aspek keberlanjutan lingkungan. Oleh karena itu, perlu kerja sama antara pemerintah, industri, dan lembaga internasional untuk menetapkan standar penambangan yang ramah lingkungan, serta mendukung penerapan teknologi hijau dalam proses ekstraksi logam.
Upaya dan Solusi Berkelanjutan
Pertambangan logam memberikan kontribusi signifikan terhadap lingkungan. Meskipun mempunyai dampak negatif, sektor ini tidak mudah untuk digantikan karena kita masih bergantung pada logam untuk kemajuan teknologi. Karena itu diperlukan solusi yang mampu mengurangi dampak negatif dari penambangan, pemrosesan, dan manufaktur logam.
Pertama, penerapan prinsip pertambangan berkelanjutan yang meliputi pengelolaan limbah secara efisien,reklamasi lahan pasca tambang, dan penggunaan teknologi yang meminimalkan polusi.
Kedua, peningkatan transparansi dan akuntabilitas dalam rantai pasokan logam langkah agar konsumen dan produsen dapat menuntut standar lingkungan yang lebih tinggi.
Ketiga, investasi dalam riset dan pengembangan teknologi daur ulang logam langkah yang memungkinkan pemanfaatan kembali logam langkah dari produk elektronik bekas.
Dengan regulasi yang tepat, strategi mitigasi,dan praktik penambangan yang lebih berkelanjutan, dampak negatif dapat diminimalkan dan logam dapat diekstraksi dengan lebih bertanggung jawab terhadap lingkungan.
Referensi
CNN Indonesia. (2022). Dampak ‘Harta Karun’ Rare Earth Dikeruk Bertamm-tahun di RI. Diakses 08 April 2025. https://www.cnnindonesia.com/teknologi/20220414100929-199-784700/dampak-harta-harun-rare-earth-dikeruk-bertahun-tahun-di-ri/1
Cowan, Carolyn. (2022). Tocix rare earth mines fuel deforestation, rights abuses in Myanmar, report says. Diakses 08 April 2025. https://news.mongabay.com/2022/08/toxic-rare-earth-mines-fuel-deforestation-rights-abuses-in-myanmar-report-says/
Gramling, Carolyn. (2023). Rare earth mining may be key to our renewable energy future. But at what cost?. Diakses 08 Apnl 2025. https://www.sciencenews.org/article/rare-earth-mining-renewable-energy-future
Hühne, Fabian. (2023). How does metal mining for electronics impact the climate crisis. Diakses 04 April 2025. https://syllucid.com/blogs/news/how-does-metal-mining-for-electronics-impact-the-climate-crisis?srsltid=AfmBOorbB7f0O5wDxVgXRtDmt0LxMG43zD4Bg6gQ4nN9xx6zblg5Kr-r