Takut tambah dewasa
Takut aku kecewa
Takut tak seindah yang ku kira
Di era serba cepat ini, kecemasan kerap menghantui kaum muda. Lagu “Takut” dari Idgitaf, yang dirilis hampir tiga tahun lalu, merepresentasikan perasaan ini dengan mendalam. Liriknya seakan menjadi teman bagi generasi muda dalam menghadapi tantangan hidup: kegelisahan, jebakan zona nyaman, perbandingan diri dengan orang lain, dan kecemasan akan masa depan. Ketakutan akan kegagalan dan keraguan akan mimpi yang entah kapan terwujud juga menjadi bagian dari perasaan ini. Perasaan-perasaan yang sering terpendam ini perlu dipahami dan diproses dengan bijak, bukan dengan menghakimi diri sendiri.
Dosen Fakultas Psikologi UGM, Acintya Ratna Priwati, S.Psi., M.A., dalam sebuah artikel di portal UGM, menjelaskan bahwa rasa insecure seperti yang digambarkan di atas dapat muncul dalam berbagai bentuk, umumnya terkait dengan perasaan ditolak, tidak dicintai, merasa terisolasi, dan lain sebagainya. Dampaknya, orang yang mengalaminya sering kesulitan menerima diri sendiri dan melihat keadaan secara objektif. Hal ini berujung pada perilaku menyabotase diri, seperti perfeksionisme atau penundaan tugas. Produktivitas yang seharusnya meningkat kini menurun dikarenakan terlalu berfokus untuk mendapatkan hasil yang sempurna, sehingga tidak fokus pada tujuan utama pekerjaannya, menyalahkan diri, dan berlarut-larut pada perasaan negatif ketika harapan tersebut tidak terpenuhi.
Lantas, bagaimana Islam? Apakah Hadis Nabi Saw. Menawarkan solusi atas Insecurity ini?
Solusi dari Hadis Nabi Saw. : Menyadari Nilai Diri dan Nikmat Allah
Sebagaimana dalam sabda nabi:
حَدَّثَنَا أَبُو كُرَيْبٍ حَدَّثَنَا أَبُو مُعَاوِيَةَ وَوَكِيعٌ عَنْ الْأَعْمَشِ عَنْ أَبِي صَالِحٍ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «انْظُرُوا إِلَى مَنْ هُوَ أَسْفَلَ مِنْكُمْ وَلَا تَنْظُرُوا إِلَى مَنْ هُوَ فَوْقَكُمْ فَإِنَّهُ أَجْدَرُ أَنْ لَا تَزْدَرُوا نِعْمَةَ اللَّهِ عَلَيْكُمْ« هَذَا حَدِيثٌ صَحِيحٌ (رواه الترمذي)
الترمذي: أبو عيسى محمد بن عيسى بن سورة بن موسى بن الضحاك السلمي الترمذي
Artinya:
Dari Abu Hurairah (w.57 H) berkata, Rasulullah Saw. Bersabda, “Lihatlah orang yang ada di bawah dari kalian, jangan melihat yang ada di atas kalian, karena yang demikian lebih mendorong untuk tidak mengurangi nikmat Allah atasmu.” Hadis ini sahih.
HR. Tirmidzi (209 H – 279 H: 70 tahun)
Hadis di atas menawarkan solusi yang efektif untuk mengatasi kecemasan yang kerap dialami kaum muda. Sebagaimana yang telah dijelaskan dalam kitab Syarah Tuhfah Al-Ahwadzi Bisyarh Jami’ At-Tirmidzi, arti dari “Melihat ke bawah”, bukan berarti memandang rendah orang lain, melainkan sebagai bentuk introspeksi diri untuk menyadari nikmat Allah yang tak terhitung jumlahnya.
Dengan menyadari nikmat tersebut, rasa syukur akan meningkat dan rasa iri atau cemas akan berkurang. Perbandingan media sosial yang seringkali membuat kita merasa kurang beruntung dapat dihindari dengan fokus pada diri sendiri dan bersyukur atas apa yang kita miliki.
Adapun penerapan hadis ini dapat dilakukan dalam berbagai cara. Misalnya, dengan menjadi sukarelawan, kita dapat melihat orang-orang yang kurang beruntung dan menyadari nikmat yang kita miliki. Berbagi dengan orang lain, baik materi maupun non-materi, juga dapat meningkatkan rasa syukur. Kita juga bisa belajar dari keberhasilan orang lain tanpa merasa iri, menjadikan mereka sebagai inspirasi untuk mencapai tujuan kita sendiri.
Hati-Hati: Kufur Nikmat adalah Haram
Hadis ini juga memiliki dimensi hukum dalam Islam. Saat seseorang terus mengeluh, membenci dirinya sendiri, dan menolak mensyukuri keadaan—padahal ia masih dalam nikmat Allah yang nyata—maka itu dapat termasuk dalam perbuatan kufur nikmat, yang oleh para ulama dikategorikan sebagai haram. Kufur nikmat bukan hanya soal materi, tapi juga kufur terhadap keberadaan diri sendiri sebagai makhluk Allah yang sempurna dan layak diperjuangkan.
Allah tidak menciptakanmu sia-sia. Kamu adalah anugerah ilahi. Kamu bukan sekadar angka-angka di akademik, bukan sekadar hasil dari validasi sosial, dan bukan pula pantulan dari cerita sukses orang lain. Kamu adalah pribadi yang unik, berharga, dan sangat layak untuk diperjuangkan.
Menjadi Pribadi yang Bersyukur dan Optimis
Tahun 2025 sudah mulai perjalanannya. Maka jadikan tahun 2025 ini sebagai manifestasi diri untuk berkata: “Say No to Insecurity!” Kita akan memproses rasa takut, bukan mengabaikannya. Kita akan menyayangi diri, bukan membandingkan. Dan kita akan bersyukur, bukan kufur nikmat. Karena saat rasa syukur tumbuh, maka ketenangan pun datang. Saat kita menerima diri, maka dunia pun membuka ruangnya.Dan saat kita percaya bahwa diri ini layak diperjuangkan, maka masa depan pun siap disambut dengan keberanian.